Minggu, 14 Juni 2009

Pemanfaatan Cengkeh

Produksi bunga cengkeh Indonesia sebagian besar (80–90%) diserap oleh industri rokok kretek, sisanya untuk industri rempah-­rempah lokal dan diekspor. Peranan industri rokok kretek dalam perekonomian nasional sangat nyata, dan antara lain menyumbang ke kas Negara sekitar Rp. 23,2 triliun dari bea cukai rokok. Tenaga kerja yang terkait, baik langsung maupun tidak langsung dengan industri rokok kretek yaitu di sektor pertanian, industri dan perdagang­an serta sektor informal, mencapai sekitar 6 juta tenaga kerja. Potensi tanaman cengkeh yang belum dimanfaatkan secara optimal adalah daun cengkeh (daun gugur) dan tangkai bunga. Produk olahan yang dapat dihasilkan dari bunga, daun dan tangkai bunga (gagang) adalah (1) minyak cengkeh, (2) eugenol yang diisolasi dari minyak cengkeh dan (3) senyawa derivat dari eugenol. Produksi mnyak cengkeh terutama menggunakan bahan baku daun gugur yang harganya murah telah lama dilakukan oleh pengusaha Indonesia (Mawarti, 2005). Minyak cengkeh di Indonesia kegunaannya masih sangat terbatas sebagai minyak gosok untuk penyembuh rasa sakit. Sebagai obat tradisional, cengkeh memiliki khasiat mengatasi sakit gigi, mual, muntah, kembung, masuk angin, sakit kepala, radang lambung, dan lain-lain (Anonim, 2002).
Sejauh ini minyak cengkeh belum banyak diproses menjadi bahan baku yang lebih bermanfaat sebagai senyawa turunannya. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan nilai tambah minyak atsiri ini melalui teknik penyulingan dan pemurnian sehingga memiliki nilai ekonomis lebih tinggi.
Minyak daun cengkeh Indonesia sudah dikenal di pasar dunia sejak tahun 1970, sedangkan minyak tangkai/gagang cengkeh mulai memasuki pasaran dunia tahun 1992. Sebagai bahan obat, cengkeh telah lama digunakan terutama untuk kesehatan gigi dalam bentuk produk obat kumur, pasta dan bahan penambal gigi. Produk kesehatan lainnya adalah balsam cengkeh yang menggunakan minyak cengkeh sebagai komponen formulanya (Mawarti, 2005)
Eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh merupakan bahan baku yang banyak dipakai dalam industri kesehatan gigi (obat kumur, pasta dan formulasi bahan penambal gigi). Di Indonesia sudah ada beberapa perusahaan yang memproduksi eugenol murni yang berlokasi di Cileungsi (Jawa Barat), Purwokerto (Jawa Tengah) dan Gresik (Jawa Timur). Sebagian produksinya diserap pasar dalam negeri, dan bagian lainnya diekspor. Namun demikian sebagian kebutuhan industri dalam negeri masih harus dicukupi dari produk impor. Pemanfaatan lain dari minyak cengkeh adalah minyak atsiri. Minyak atsiri ini sering digunakan pada industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Minyak atsiri ini didapat dari proses penyulingan dari daun cengkeh.
Teknologi penyulingan (destilasi) minyak daun cengkeh dan peralatannya relatif mudah diakses dan dioperasikan. Teknik penyulingan minyak atsiri yang selama ini diusahakan para petani, masih dilakukan secara sederhana dan belum menggunakan teknik penyulingan secara baik dan benar. Selain itu, penanganan hasil setelah produksi belum dilakukan secara maksimal, seperti pemisahan minyak setelah penyulingan, wadah yang digunakan, penyimpanan yang tidak benar, maka akan terjadi proses-proses yang tidak diinginkan, yaitu oksidasi, hidrolisa ataupun polimerisasi.
Teknologi yang disarankan adalah penyulingan dikukus (water and steam distillation) sistem kohobasi dengan ketel dan pendingin (kondensor) yang dibuat dari plat besi tahan karat (SS) agar minyak hasil destilasi memenuhi syarat mutu. Sumber energi pemanasan dapat berupa tungku berbahan bakar kayu atau minyak tanah dan batu bara. Di tingkat petani dan pengolah, teknologi destilasi masih banyak menggunakan ketel dan peralatan yang sederhana dan kurang efisien sehingga rendemen minyaknya rendah (1,5–2,0%), dengan mutu minyak yang rendah juga (minyak berwarna hitam dan kotor).
Rendemen minyak cengkeh yang dihasilkan dengan teknologi yang direkomendasikan sekitar 2,5–3,0%, minyak berwarna kuning muda dan jernih sehingga tidak memerlukan proses pemurnian lagi. Minyak daun cengkeh merupakan bahan baku dalam industri farmasi dan fragrance karena mengandung eugenol sebagai komponen utamanya (70–80%). Di industri farmasi digunakan sebagai bahan dasar berbagai jenis obat/produk untuk perawatan dan pengobatan sakit gigi karena daya antibiotiknya.
Proses Produksi Eugenol
Proses produksi eugenol dilakukan melalui proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode fisik dan metode kimia. Pada metode fisik dilakukan proses destilasi fraksinasi dari minyak daun cengkeh. Berdasarkan perbedaan titik didih, eugenol dapat dipisahkan (diisolasi) dari senyawa lain dalam minyak daun cengkeh. Tingkat kemurnian eugenol yang dihasilkan sangat tinggi (99,99%) dibandingkan cara kimia.
Proses kimia pada isolasi eugenol dilakukan dengan mereaksikan minyak daun cengkeh dengan basa kuat (NaOH) dengan pengadukan yang selanjutkan Na­eugenolat yang terbentuk direaksikan dengan HCl untuk memisahkan eugenolnya. Eugenol yang dihasilkan adalah eugenol kasar (crude eugenol) yang tingkat kemurniannya masih rendah. Diperlukan proses pemurnian untuk menghasilkan eugenol murni. Proses pemurnian dapat dilakukan secara kimia maupun fisik. Tingkat kemurnian yang disyaratkan dalam standar mutu adalah minimal 98% dengan warna cairan eugenol jernih kuning muda. Eugenol kasar yang belum dimurnikan sudah dapat dijual ke pabrik yang memiliki alat destilasi fraksinasi untuk dimurnikan secara fisik. Proses derivasi lanjutan dari eugenol dapat menghasilkan beberapa produk antara lain isoeugenol, metil eugenol dan vanillin sintetis. Isoeugenol dihasilkan melalui reaksi isomerisasi eugenol pada suhu dan tekanan tinggi dalam kondisi basa menjadi isoeugenolat yang selanjutnya diasamkan menjadi isoeugenol dan kemudian dimurnikan. Prosesnya memerlukan peralatan ketel bertekanan dan alat destilasi fraksionasi yang tentunya memerlukan biaya modal yang cukup mahal. Isoeugenol digunakan sebagai bahan baku industri parfum dan flavor.
Teknik Pemurnian Minyak Atsiri
Kualitas atau mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya; adanya bahan-bahan asing akan merusak mutu minyak atsiri. Komponen standar mutu minyak atsiri ditentukan oleh kualitas dari minyak itu sendiri dan kemurniannya. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan.
Pemurnian merupakan suatu proses untuk meningkatkan kualitas suatu bahan agar mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa metode pemurnian yang dikenal adalah secara kimia ataupun fisika. Pemurnian secara fisika memerlukan peralatan penunjang yang cukup spesifik, akan tetapi minyak yang dihasilkan lebih baik, karena warnanya lebih jernih dan komponen utamanya menjadi lebih tinggi. Untuk metode pemurnian kimiawi bisa dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sederhana dan hanya memerlukan pencampuran dengan adsorben atau senyawa pengomplek tertentu. Pemilihan metode pemurnian tergantung pada sifat minyak atsiri yang terdiri dari berbagai komponen kimia dan secara alami terbentuk pada tanaman sesuai dengan tipe komponen yang berbeda dari setiap tanaman (Davis et al.,2006).
Dalam proses secara fisika, yaitu metode redestilasi adalah menyuling ulang minyak atsiri dengan menambahkan air pada perbandingan minyak dan air sekitar 1:5 dalam labu destilasi, kemudian campuran didestilasi. Minyak yang dihasilkan akan terlihat lebih jernih. Hasil penyulingan ulang terhadap minyak nilam dengan metode redestilasi, ternyata dapat meningkatkan nilai transmisi (kejernihan) dari 4 % menjadi 83,4 %, dan menurunkan kadar Fe dari 509,2 ppm menjadi 19,60 ppm (Purnawati, 2000). Untuk distilasi fraksinasi akan jauh lebih baik karena komponen kimia dipisahkan berdasarkan perbedaan titik didihnya (Sulaswaty dan Wuryaningsih, 2001). Komponen kimia yang terpisah sesuai dengan golongannya.
Minyak daun cengkeh adalah minyak atsiri yang diperoleh dari penyulingan daun dan ranting tanaman cengkeh. Minyak daun cengkeh hasil penyulingan rakyat seringkali berwarna hitam kecoklatan dan kotor, sehingga untuk meningkatkan nilai jual dari minyak tersebut, perlu dilakukan pemurnian. Dari beberapa hasil pemurnian menunjukkan bahwa minyak dapat dimurnikan dengan metoda adsorpsi dan pengkelatan.
Adsorpsi adalah proses difusi suatu komponen pada suatu permukaan atau antar partikel. Dalam adsorpsi terjadi proses pengikatan oleh permukaan adsorben padatan atau cairan terhadap adsorbat atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul lainnya (Anon, 2000). Untuk proses tersebut, bisa digunakan adsorben, baik yang bersifat polar (silika, alumina dan tanah diatomae) ataupun non polar (arang aktif) (Putra, 1998).

Minyak + adsorben

Pengadukan dengan pemanasan selama 15 menit

Penyaringan

Minyak
Gambar 1. Diagram alir pemurnian dengan adsorben

Pengkelatan adalah pengikatan logam dengan cara menambahkan senyawa pengkelat dan membentuk kompleks logam senyawa pengkelat (Ekholm et al., 2003). Proses pengkelatan dilakukan dengan cara yang sama dengan adsorpsi hanya dengan mengganti adsorben dengan senyawa pengkelat. Senyawa pengkhelat yang cukup dikenal dalam proses pemurnian minyak atsiri, antara lain asam sitrat, asam malat, asam tartarat dan EDTA (Karmelita, 1997; Marwati et al., 2005; Moestafa et al., 1990). Proses pengikatan logam merupakan proses keseimbangan pembentukan kompleks logam dengan senyawa pengkelat. Berarti proses pengkelatan dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa yang ada.

PENUTUP
Pengolahan cengkeh tidak hanya di pakai dari bunga cengkeh yang sebagian besar menjadi penyumbang industri rokok kretek. Pemanfaatan dan peningkatan nilai jual cengkeh juga dapat diperoleh dari daun cengkeh. Proses produksi eugenol dilakukan melalui proses isolasi eugenol dari minyak daun cengkeh. Proses ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu metode fisik dan metode kimia. Kemurnian minyak bisa diperiksa dengan penetapan kelarutan uji lemak dan mineral. Selain itu, faktor yang menentukan mutu adalah sifat-sifat fisika-kimia minyak, seperti bilangan asam, bilangan ester dan komponen utama minyak, dan membandingkannya dengan standar mutu perdagangan yang ada. Bila nilainya tidak memenuhi berarti minyak telah terkontaminasi, adanya pemalsuan atau minyak atsiri tersebut dikatakan bermutu rendah. Faktor lain yang berperan dalam mutu minyak atsiri adalah jenis tanaman, umur panen, perlakuan bahan sebelum penyulingan, jenis peralatan yang digunakan dan kondisi prosesnya, perlakuan minyak setelah penyulingan, kemasan dan penyimpanan.

http://anastaciaintan.wordpress.com/2009/02/10/pasca-panen-cengkeh/
Pemanenan Cengkeh

Bila dihitung sejak pembibitan, cengkeh Zanzibar mulai berbunga pada umur 6 – 7 tahun sedangkan type Sikotok dan Siputih akan berbunga 7 – 8 tahun. Cepat lambatnya pohon cengkeh berbunga erat kaitannya dengan ketinggian tempat dari permukaan laut. Dimana semakin rendah ketinggiannya, maka akan semakin cepat pohon cengkeh tersebut berbunga dan sebaliknya. Bunga cengkeh ideal yang bisa dipanen adalah bunga yang timbul pada umur enam bulan dengan waktu pemetikan pada saat sebelum bunga mekar. Bila pemetikan terlambat yaitu pada saat bunga cengkeh sudah mekar, maka akan mengurangi kualitas cengkeh yang dihasilkan. Hal ini karena pada saat tersebut cengkeh yang dipetik sudah tidak ada kepalanya dan sebaliknya bila dilakukan pemetikan terlalu awal akan mengurangi kualitas cengkeh yang disebabkan oleh rendahnya tingkat rendemen.
Pada umumnya pemanenan cengkeh dilakukan saat 25% cengkeh yang ada dalam suatu pohon cengkeh telah berbunga berbunga, sehingga cengkeh tidak terlalu muda dan juga cengkeh belum berbunga, sehingga tidak terlalu mengurangi berat cengkeh yang dikarenakan kepala cengkeh telah hilang. Dalam memanen cengkeh juga harus memperhatikan akan kerusakan yang ditimbulkan akibat pemanenan. Apabila terjadi kerusakan terhadap pohon cengkeh, maka akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas cengkeh disaat panen yang akan datang.
Ada sedikit perbedaan saat melakukan pemanenan cengkeh, karena cengkeh terdapat diujung-ujung ranting yang jauh dari batang pohon. Sehingga membutuhkan teknik khusus. Pada umumnya orang yang melakukan pemanenan cengkeh tidak memanjat pohon cengkeh itu sendiri, melainkan harus menggunakan tangga yang dikaitkan pada pohon-pohon lain dengan menggunakan seutas tali yang kuat karena tali itu untuk menjaga keseimbangan tangga. Jika pohon cengkeh terlalu tinggi, maka terkadang tangga juga tidak cukup panjang untuk menjangkau ujung pohon. Para pemanenpun juga tidak kekurangan akalnya, maka tangga diangkat keatas, diikat dan menggantung pada pohon cengkeh itu sendiri sehingga tanggapun tidak menyentuh tanah. Untuk menjaga keseimbangan tangga, maka tangga tetap dikaitkan pada pohon-pohon lain. Sedangkan untuk menjangkau ujung ranting para pemanen menggunakan pengait. Sedang dalam pemetikanya juga tidak boleh asal petik.
Dalam proses pemetikan, cengkeh tidak dipetik satu persatu, malainkan pemotongan dilakukan pada tangkai cengkeh yang berwarna hijau. Setelah proses pemetikan usai, maka dilanjutkan dengan pemisahan cengkeh dari tangkainya. Dalam proses pemisahan ini tidak dapat langsung dipetik secara bersamaan, namun harus satu persatu. Dalam proses pemisahan cengkeh dengan batangnya membutuhkan kesabaran karena dalam proses pemisahan ini agak lumayan lama dan membosankan. Namun dalam kebiasaan orang-orang didesa kami, proses pemisahan cengkeh malah dijadikan ajang untuk bercengkrama dan bersilahturahmi dengan tetangga sebelah, sehingga dapat mengurangi kejenuhan.
Meningkatkan Kuantitas Cengkeh Saat Panen

Di beberapa areal cengkeh yang berhektar-hektar, ada yang dinamakan dengan istilah Panen Raya Cengkeh dan Panen kecil. Biasanya ini terdapat di daerah yang memiliki areal cengkeh yang luas dengan populasi yang tinggi. Panen Raya atau Panen besar ditandai dengan pembungaan lebat yaitu sekitar 90% atau lebih dari seluruh pucuknya telah berbunga dan jumlah bunga setiap rumpun sangat banyak. Sedangkan panen kecil ditandai dengan pembungaan yang kurang dari 50% -nya. Namun demikian, hal itu tentu saja tidak dapat dijadikan patokan bila kita memiliki pohon cengkeh yang sedikit. Bisa saja pada saat panen raya ternyata jumlah bunga yang keluar sedikit yang disebabkan oleh penyakit, hama maupun faktor cuaca. Sehingga dalam hal ini kita dapat melihat keseragaman tanaman cengkeh kita saat berbunga dalam menentukan kapan saatnya yang tepat untuk panen.
Kenyataan yang terjadi di lapangan adalah bahwa panen raya ini hanya terjadi 2 – 4 tahun sekali. Interval waktu tersebut bisa saja lebih lama lagi bila didukung dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Menurut Toyib hadiwijaya (1982) mengungkapkan bahwa bila indeks produksi di tahun panen besar atau panen raya diberikan angka 100, maka panen kecil berikutnya akan menunjukkan indeks produksi : 60 – 70 % untuk tipe Zanzibar, 10 – 30 % untuk type Sikotok, dan 0 - 20 % untuk tipe Siputih. Keadaan demikian tentu saja sangat riskan bagi petani yang ingin segera menikmati hasilnya.
Persoalannya akan menjadi lain ketika disaat panen raya ternyata hasil yang kita dambakan dan kita tunggu tidak sesuai harapan. Sering didapatkannya bunga cengkeh yang hampa yang me-nye-babkan rendemen hasil menjadi rendah, merupakan salah satu gangguan yang sering didapatkan petani cengkeh.
Kasus tersebut mengundang beberapa peneliti untuk melakukan serangkaian riset yang berkaitan dan setelah dilakukan pengujian, ternyata penyebab bunga cengkeh yang hampa tersebut erat kaitannya dengan pemupukan, dalam hal ini pemupukan nitrogen, phospat dan kalium.
Dari beberapa studi literatur yang telah dilakukan, disebutkan bahwa pemupukan yang cukup yang diimbangi dengan pemberian air di musim kemarau akan dapat mengurangi turunnya produktivitas akibat panen kecil.
Berdasarkan penyataan diatas, maka timbul suatu pertanyaan mengapa tanaman cengkeh panen rayanya hanya dapat dilakukan 2-4 tahun sekali? Untuk menjelaskan hal ini, beberapa prinsip dasar agronomi dan fisiologis tanaman dapat menjelaskan permasalahan tersebut, dimana panen raya cengkeh yang dicirikan dengan pembungaan diatas 95% akan menyebabkan beberapa hal diantaranya : (1) kerusakan pada pucuk-pucuk daun yang akan memberikan efek pada ketidakseimbangan tajuk pohon cengkeh. (2) tanaman cengkeh akan mengalami kekurangan energi akibat tingkat serapan energi yang tinggi saat pembungaan panen raya. Energi yang dimaksud disini adalah energi berupa ATP dan ADP, dimana
ATP atau Adenosin Tri Phosphat merupakan senyawa organik yang kaya energi dan diperoleh melalui pengubahan ADP (Adenosin Diphosphat) dalam proses fosforilasi dengan bantuan cahaya matahari. Disini jelas terlihat bahwa ternyata permasalahan panen raya juga erat kaitannya dengan keterbatasan energi dan kerusakan pada pucuk. Adanya luka/kerusakan pada jaringan daun ini pada saat panen raya secara tidak langsung akan menyebabkan energi yang ada terkuras. Energi tanaman yang berupa ADP dan ATP ini tidak selalu tersedia secara optimal padahal pada fase proses pembentukan bunga besar-besaran (90%) dan penutupan luka tersebut sangat dibutuhkan energi yang sangat besar. Adanya keterbatasan energi yang ada yang terserap ini tentu saja berimplikasi pada proses pembungaan tahun berikutnya yang tidak lagi optimal (dibawah 50%).
Bertolak dari asumsi bahwa pemupukan merupakan alternatif utama untuk mengatasi ketersediaan energi pada ATP dalam tubuh tanaman, telah dilakukan percobaan pemupukan secara sederhana dengan menggunakan pupuk Grand-S 15 yang dilakukan dengan menggunakan dosis 1,5 kg per pohon cengkeh setiap selang 4 bulan selama dua tahun. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dibenamkan di sekeliling tanaman cengkeh sesuai lebar tajuk. Percobaan yang dilakukan di areal pertanaman cengkeh Kec. Tomohon, Kab. Minahasa Propinsi Sulawesi Utara ini menggunakan sampel 50 buah.
Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa perlakuan NPK Grand-S sebanyak 1,5 kg per pohon cengkeh yang sudah berumur 4 tahun keatas memberikan respon positif. Dimana terdapat perbedaan yang nyata antara tanaman yang dipupuk Grand S-15 dengan tanaman yang tidak dipupuk. Pada tanaman yang mendapat perlakuan Grand S-15 didapatkan hasil bahwa panen raya yang ditandai dengan dominasi pembungaan secara besar-besaran dapat dilakukan setiap tahun dengan prosentase pembungaan berkisar antara 70 – 80%. Meskipun percobaan ini dilakukan tanpa menggunakan kontrol sebagai pembanding, namun tanaman cengkeh yang lain tanpa menggunakan Grand-S-15 menunjukkan angka tingkat prosentase pembungaan yang rendah yaitu hanya mencapai 30 – 40% saja.
Berdasarkan hasil percobaan sederhana tersebut, dapat disimpulkan bahwa pupuk NPK Grand-S-15 ini dapat mensubstitusi kebutuhan energi dalam bentuk ATP dan ADP setiap saat pada tanaman cengkeh sehingga mampu mengurangi interval panen raya dari 2 – 4 tahun menjadi hampir setiap tahun.
Pupuk NPK Grand-S ini terdiri dari tiga unsur makro utama yaitu Nitrogen (N), Phospor (P) dan Kalium (K) dengan kandungan berimbang yaitu N = 15%, P = 15% dan K = 15%. Disini perlu kami jelaskan secara teoritis bagaimana mekanisme biokimia dari tiap-tiap unsur baik N, P maupun K dalam Grand-S sehingga menjadi informasi mengapa pupuk Grand-S ini dapat mengurangi interval waktu panen raya atau dengan kata lain dapat mempercepat waktu panen cengkeh.
Nitrogen (N)
Djayadirana (2000) mengungkapkan bahwa Nitrogen merupakan zat lemas sebagai unsur penting bagi pertumbuhan tanaman khususnya dalam pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Semakin tinggi kadar nitrogen, maka semakin cepat pula sintesis karbohidrat yang terjadi. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3- dan NH4+. namun ion mana yang diserap lebih dahulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7, maka ion NH4+ yang lebih cepat diserap, sedangkan bila kondisi tanah mempunyai pH dibawah 7, maka justru ion NO3- lah yang lebih cepat diserap oleh tanaman. Hal ini disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH- sehingga saling bersaing dengan ion NO3- yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada pH rendah dengan tanah bersifat asam banyak terdapat ion H+ yang akan bersaing dengan NH4+ yang sama-sama memiliki muatan positif, sehingga peluang ion NO3- lebih besar untuk diserap. Manfaat unsur N bagi pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pada pertumbuhan vegetatifnya. Peran N dalam pupuk NPK Grand-S dapat dijelaskan pada gambar 1.
Protein dan asam nukleat yang dibentuk oleh N dalam pupuk Grand-S tersebut digunakan untuk pengisian inti sel yang terus membelah diri menjadi ber-kembang dua kali lipat, dan seterusnya. sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman berjalan secara normal. Keadaan inilah yang bisa menutupi dan mengganti pucuk-pucuk yang rusak saat panen raya dalam waktu yang singkat, sehingga siap untuk proses pembungaan selanjutnya.
Phospor (P)
Phospor merupakan unsur makro yang dibutuhkan tanaman untuk menyusun protoplasma dan inti sel. Unsur ini diserap oleh tanaman dalam bentuk H2PO4- dan HPO42-. Fungsi utama dari unsur ini adalah mempercepat pertumbuhan akar semia, mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi dewasa, mempercepat pembungaan dan pemasakan biji, dan meningkatkan produksi biji. Dari ketiga macam ion tersebut, yang paling mudah terserap akar adalah berupa ion H2PO4-, karena bermuatan satu sehingga tanaman hanya membutuhkan energi yang lebih sedikit dibandingkan ion H2PO4- maupun PO43-. Adapun pentingnya unsur P bagi tumbuhan adalah : (1) sebagai senyawa utama untuk membentuk ATP dan ADP yaitu senyawa yang dihasilkan pada proses respirasi siklus kreb sehingga tanaman mampu melakukan semua aktivitasnya seperti pembungaan, pembelahan sel, pembesaran sel dan transpirasi maupun absorbsi (penyerapan). (2) membentuk DNA dan RNA untuk pembentukan inti sel, (3) membentuk senyawa fosfolipid yang berfungsi dalam mengatur keluar masuknya zat-zat makanan dalam sel. Implikasi dari teori biokimia ini mengarah pada kesimpulan bahwa fungsi P erat kaitannya dengan waktu panen cengkeh. Hal ini disebabkan karena phospor sangat dibutuhkan tanaman cengkeh pada saat mulai berbunga/ proses pembungaan. Sehingga wajar bila pada fase ini kekurangan unsur P akan mengakibatkan proses pembungaan menjadi terhambat.
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur utama yang dibutuhkan tanaman yang sangat penting perannya dalam pembentukan protein dan karbohidrat, mengeraskan jerami dan bagian kayu, mening-katkan resistensi terhadap hama dan penyakit tanaman serta meningkatkan kualitas biji atau buah. Unsur kalium diserap oleh tanaman dalam bentuk K+. Dalam beberapa sumber, dijelaskan pula bahwa peran K yang penting dalam tanaman diantaranya sebagai elemen penting yang bersifat higroskopis (mudah menyerap dan menahan air) unsur K biasanya terdapat pada stomata daun. Dengan sifatnya yang higroskopis tersebut, Kalium mampu membuat persediaan air yang ada dan dibutuhkan untuk proses transpirasi, fotosintetis, absorbsi, maupun transportasi unsur hara dalam tanaman tersebut menjadi optimal. Dalam hubungannya dengan tanaman cengkeh khususnya pada saat panen raya, unsur kalium ini sangat berperan penting untuk proses fotosintesis. Hal ini karena keberhasilan dalam fotosintesis yang menghasilkan C6H12O6 ini digunakan tanaman untuk meningkatkan produktifitasnya (berbuah lebat) untuk setiap tahunnya. Dalam reaksi kimia saat pembentukan C6H12O6 yang terbentuk dari air dengan CO2 tersebut , supplay Kalium sangat penting. Tanpa ada unsur ini maka pembentukan zat pati pada proses fotosintesis menjadi terhambat akibat tidak adanya unsur yang mampu mengikat dan menahan air yang biasanya dilakukan oleh K.
Dengan kandungan unsur N, P dan K yang seimbang yang juga disertai unsur mikro lain sebagai penunjang, maka jelas bahwa pemberian Grand S-15 ini akan membantu mempercepat panen raya tanaman cengkeh. Harapan penulis, semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi para petani cengkeh khususnya pembaca pada umumnya.
(Ir. Menas Tjionger’s , MS penulis adalah pemerhati pertanian berdomisili di Makassar)
http://www.tanindo.com/abdi9/hal3101.htm

Senin, 08 Juni 2009

Tentang Cengkeh
Nama Lokal :
Clove (Inggris), Cengkeh (Indonesia, Jawa, Sunda), ; Wunga Lawang (Bali), Cangkih (Lampung), Sake (Nias); Bungeu lawang (Gayo), Cengke (Bugis), Sinke (Flores); Canke (Ujung Pandang), Gomode (Halmahera, Tidore);

Cengkeh (Syzygium aromaticum, Eugenia aromaticum), dalam bahasa Inggris disebut cloves, adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia, banyak digunakan sebagai bumbu masakan pedas di negara-negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Cengkeh ditanam terutama di Indonesia (Kepulauan Banda) dan Madagaskar, juga tumbuh subur di Zanzibar, India, dan Sri Lanka.

Cengkeh termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki batang pohon besar dan berkayu keras, cengkeh mampu bertahan hidup puluhan bahkan sampai ratusan tahun , tingginya dapat mencapai 20 -30 meter dan cabang-cabangnya cukup lebat. Cabang-cabang dari tumbuhan cengkeh tersebut pada umumnya panjang dan dipenuhi oleh ranting-ranting kecil yang mudah patah . Mahkota atau juga lazim disebut tajuk pohon cengkeh berbentuk kerucut . Daun cengkeh berwarna hijau berbentuk bulat telur memanjang dengan bagian ujung dan panggkalnya menyudut, rata-rata mempunyai ukuran lebar berkisar 2-3 cm dan panjang daun tanpa tangkai berkisar 7,5 -12,5 cm. Bunga dan buah cengkeh akan muncul pada ujung ranting daun dengan tangkai pendekserta bertandan. Pada saat masih muda bunga cengkeh berwarna keungu-unguan , kemudian berubah menjadi kuning kehijau-hijauan dan berubah lagi menjadi merah muda apabila sudah tua. Sedang bunga cengkeh setelah kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa pedas sebab mengandung minyak atsiri. Umumnya cengkeh pertama kali berbuah pada umur 4-7 tahun. Tumbuhan cengkeh akan tumbuh dengan baik apabila cukup air dan mendapat sinar matahari langsung. Di Indonesia , Cengkeh cocok ditanam baik di daerah daratan rendah dekat pantai maupun di pegunungan pada ketinggian 900 meter di atas permukaan laut.

Sejarah Cengkeh
Pada abad yang keempat, pemimpin Dinasti Han dari Tiongkok memerintahkan setiap orang yang mendekatinya untuk sebelumnya menguyah cengkeh, agar harumlah napasnya. Cengkeh, pala dan merica sangatlah mahal di zaman Romawi. Cengkeh menjadi bahan tukar menukar oleh bangsa Arab di abad pertengahan. Pada akhir abad ke-15, orang Portugis mengambil alih jalan tukar menukar di Laut India. Bersama itu diambil alih juga perdagangan cengkeh dengan perjanjian Tordesillas dengan Spanyol, selain itu juga dengan perjanjian dengan sultan dari Ternate. Orang Portugis membawa banyak cengkeh yang mereka peroleh dari kepulauan Maluku ke Eropa. Pada saat itu harga 1 kg cengkeh sama dengan harga 7 gram emas.

Perdagangan cengkeh akhirnya didominasi oleh orang Belanda pada abad ke-17. Dengan susah payah orang Prancis berhasil membudayakan pohon Cengkeh di Mauritius pada tahun 1770. Akhirnya cengkeh dibudayakan di Guyana, Brasilia dan Zanzibar. Pada abad ke-17 dan ke-18 di Inggris harga cengkeh sama dengan harga emas karena tingginya biaya impor.


Kandungan Aktif Serta Kegunaan Cengkeh
Minyak esensial dari cengkeh mempunyai fungsi anestetik dan antimikrobial. Minyak cengkeh sering digunakan untuk aromaterapi, menghilangkan bau nafas dan untuk menghilangkan sakit gigi. Zat yang terkandung dalam cengkeh yang bernama eugenol, digunakan dokter gigi untuk menenangkan saraf gigi. Minyak cengkeh juga digunakan dalam campuran tradisional choji (1% minyak cengkeh dalam minyak mineral) dan digunakan oleh orang Jepang untuk merawat permukaan pedang mereka.
Cengkeh dapat digunakan sebagai bumbu, baik dalam bentuknya yang utuh atau sebagai bubuk. Bumbu ini digunakan di Eropa dan Asia. Terutama di Indonesia, cengkeh digunakan sebagai bahan rokok kretek. Cengkeh juga digunakan sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang.

Cengkeh juga digunakan untuk mengobati:

Kolera dan menambah Denyut Jantung
Bahan: Bunga cengkeh yang sudah kering Cara menggunakan: dikunyah disesap airnya, dilakukan setiap hari. Minyak cengkeh dapat memperkuat lendir usus dan lambung serta menambah jumlah darah putih.

Campak
Bahan: 10 Biji bunga cengkeh dan gula batu Cara membuat: bunga cengkeh direndam air masak semalam kemudian ditambah dengan gula batu dan diaduk sampai merata. Cara menggunaka : diminum sedikit demi sedikit

Menghitamkan alis mata
Bahan: 5-7 biji bunga cengkeh kering dan minyak kemiri. Cara membuat: bunga cengkeh dibakar sampai hangus, kemudian ditumbuk sampai halus dan ditambah dengan minyak kemiri secukupnya. Cara menggunakan: dioleskan pada alis mata setiap sore hari.

http://id.wikipedia.org/wiki/Cengkeh